Salakan - Momen idul adha selalu identik dengan kurban atau pengorbanan, pada setiap perayaan hari raya kedua umat islam ini merupakan saat dimana penganut ajaran Nabi Muhammad SAW ini akan berlomba-lomba menyucikan dirinya melalui kurban hewan ternak sesuai syariat agamanya.
Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) makna kurban berarti persembahan, makna kata lainnya berarti melakukan sesuatu demi pencapaian tujuan tertentu, yang motivasinya beragam tergantung pada harapan yang diinginkan.
Pada konsep pengorbanan idul adha kita akan terkenang pada sejarah seorang manusia pilihan Nabi Ibrahim as. yang dengan penuh keikhlasan merelakan hal yang paling beliau sayangi yaitu anak semata wayangnya 'Nabi Ismail', dengan harapan tertinggi manusia beriman berupa cinta dari Sang Khalik, Allah SWT dengan harapan tertinggi tersebut maka manusia di uji dengan merelakan pada hal yang sekiranya sulit untuk dilepaskan, nabi Ibrahim lulus pada ujian tersebut.
Beliau sukses dengan test tersebut dan berhak atas cinta yang paling diharapkan oleh manusia manapun didunia ini.
Dari sejarah tersebut memberikan gambaran kesuksesan butuh pengorbanan, nabi Ibrahim memberikan suri teladan nyata atas suatu implementasi pengorbanan. begitu pula kesuksesan dalam dimensi lain kehidupan berupa ketenangan hidup,keluarga bahagia,karir, kedudukan, kekayaan, semuanya kebahagiaan tersebut membutuhkan pengorbanan untuk dapat pada titik dimana seseorang dikatakan sukses.
Dari semua indikator tersebut pengorbanan merupakan keniscayaan yang mesti dilakukan untuk dapat mencapai kesuksesan dan kejayaan dalam hidup, kembali lagi pada orientasi personal apa yang menjadi tujuan dari pengorbanan yang dilakukan.
Menarik kemudian menyambungkan hubungan sebab akibat suatu ulasan dalam media yang membahas figur pejabat anak daerah yang berintegritas.
Pada frasa integritas kita pastilah bersepakat soal definisinya yaitu sikap yang sesuai nilai,norma dan etika. Yang mendeskripsikan suatu konsistensi perilaku yang selaras antara perkataan dan perbuatan, jujur, berdedikasi terhadap pekerjaan, patuh pada kode etik pekerjaan etis dalam attitude. Hal tersebut tentu saja merupakan harapan setiap orang dalam role model kepemimpinan.
Sesuai dengan peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2019 tentang Pembinaan Penyelenggara Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri Sipil. Kompetensi Integritas berada pada point pertama dari 8 kompetensi Manajerial, yaitu :
1. Integritas
2. Kerjasama
3. Komunikasi
4. Orientasi pada hasil
5. Pelayanan publik
6. Pengembangan diri dan orang lain
7. Mengelola perubahan
8. Pengambilan keputusan
Ditambah dengan kompetensi sosio kultural yaitu kompetensi Perekat bangsa. Hal tersebut secara eksplisit menjelaskan betapa pentingnya integritas dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kompetensi ini adalah hal pertama yang diujikan kepada setiap orang yang akan memegang jabatan tertentu.
Tujuh Kompetensi lainnya merupakan penjabaran dari sikap integriti. Dengan dasar integritas maka indikator lainnya akan berkembang kearah yang positif. Keteladanan tersebut yang kemudian dapat memaksimalkan potensi kompetensi kerjasama dengan internal unit kerja maupun lingkup eksternal organisasi.
Kompetensi komunikasi pun akan terasah dalam membangun jejaring dengan subjek yang berkepentingan dalam pekerjaan, bertanggungjawab pada tujuan bersama dalam makna kompetensi orientasi pada hasil Yang tujuannya adalah optimalisasi pelayanan kepada masyarakat dalam indikator kompetensi pelayanan publik.
Sikap integritas juga akan menunjukan sikap keadilan untuk memberi ruang yang setara pada kompetensi pengembangan diri dan orang lain dan juga proaktif beradaptasi pada perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat sesuai dengan kompetensi mengelola perubahan serta bersikap demokratis dalam kompetensi pengambilan keputusan dengan selalu mengutamakan keputusan bersama.
Dengan kondisi tersebut diharapkan lahir pemimpin ideal untuk dapat membawa daerah menuju kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Hal yang kemudian potensial menghadirkan diskursus yaitu dalam definisi anak daerah dalam maksud penulis ulasan tersebut dapat di simpulkan pribumi yang dalam KBBI di artikan penghuni asli yang berasal dari tempat yang bersangkutan. Definisi anak daerah atau anak negeri menurut saya pribadi memiliki makna yang luas secara hakikat tidak sekedar makna kata secara harfiah. Seorang ahli evolusi dan botani Austria Hongaria Gregor johann Mendel membagi dalam 3 golongan manusia dengan konsep asal, yaitu ;
1. Struggle existence
2. Adaptability
3. Natural Selection
Pada golongan pertama Struggle existence adalah pertarungan buat hidup, konsep asal ini lebih bersifat kompetisi, dalam suatu komunitas diperlukan daya tahan untuk bertahan dalam situasi dan tempat tertentu. Masyarakat yang demikian tidak lahir ditempat tersebut tetapi rela berjuang dan bertahan hidup dalam kondisi terburuk sekalipun, mereka bisa disebut pendatang yang sudah melakukan proses kehidupan berdampingan dengan masyarakat asli, melakukan usaha dan muamalah sehingga dapat bertahan hidup, merasakan pahit dan getirnya kehidupan serta proses bertumbuhnya suatu daerah mulai dari ketiadaan fasilitas umum dan dasar semisal listrik air telekomunikasi transportasi sampai pada tahapan demi tahapan kemajuan daerah tersebut. Masyarakat jenis inilah saat memilih untuk meninggalkan kampung halamannya dan mengikrarkan diri mengabdi pada daerah barunya dengan melakukan proses asimilasi kehidupan.
Dalam golongan kedua masyarakat berdasarkan asal Adaptability yaitu kodrat menyesuaikan diri, masyarakat golongan ini berasal juga dari luar daerah yang memiliki keterikatan secara emosional, sejarah, hubungan kawin mawin dengan penduduk pribumi yang secara kodratnya menyesuaikan diri dengan adat istiadat setempat, berdiaspora dalam hubungan sosial masyarakat dan beragama. Pada golongan pertama dan kedua masyarakat ini tidak masuk dalam kategori penduduk asli atau pribumi yang dalam karakteristik adat masyarakat Banggai kepulauan disebut orang banggai atau orang peling yang diakui juga secara umum dalam masyarakat adat dengan sebutan 'Mian Banggai'.
Suatu pengalaman saya dengan salah seorang Masyarakat banggai kepulauan yang masuk dalam golongan Struggle existence bercerita di depan masjid nur fadilah, masjid dalam kompleks kantor kepolisian resort banggai kepulauan pada suatu malam selepas sholat magrib. Singkat cerita beliau bertutur pada asal muasal beliau datang di salakan pada pertengahan tahun 90an, saat listrik masih menyala 6 jam, yaitu jam 18.00 wita sampai dengan jam 24.00 wita, kondisi jalan masih belum beraspal, komunikasi masih menggunakan surat dan sebuah telepon umum berbayar dari pemerintah pusat, televisi hanya dimiliki oleh orang tertentu dan berbagai keterbatasan lainnya yang mungkin sulit bagi anak-anak jaman sekarang bayangkan. Beliau datang dengan harapan yang tinggi dapat memperoleh kehidupan dan berjuang hidup demi keluarga.
Dirinya berujar "saya tidak lahir disini tetapi saya hampir pasti akan mati dan dikuburkan disini, kurang asli apa saya dibanding mereka yang hanya lahir disini kemudian hidup dan mati didaerah lain".
Kemudian dengan mata berkaca-kaca, dia berujar kembali, "saya sangat menikmati saat daerah ini sedang sangat berkembang dengan berbagai masalahnya sama dengan sangat menikmatinya juga saat daerah ini masih dalam kondisi keterbatasan dengan ketenangannya", ucapnya dengan nada penuh haru.
Suatu pernyataan yang cukup menohok bagi saya yang sempat keluar dari daerah ini untuk menempuh pendidikan sama dengan pau lipu lainnya, kami tidak sepenuhnya menikmati proses bertumbuhnya daerah ini. Tetapi tentu saja idealisme kami terhadap daerah ini semakin kuat dari waktu ke waktu.
Hal tersebut menggambarkan bentuk cinta dengan konsep yang berbeda antara golongan manusia pertama dan kedua dengan golongan ketiga yaitu Natural selection yang dalam definisi saya adalah manusia yang secara alamiah lahir dan tumbuh secara turun temurun di daerah tersebut menjalankan adat dan kebiasaan leluhur dan dikategorikan sebagai pribumi yang jamak disebut "Pau Lipu" merupakan penduduk asli Banggai atau Pulau Peling. Golongan inilah yang dikenal sebagai representasi kearifan lokal masyarakat yang mendiami suatu daerah.
Dari pola pembagian dan peran manusia dari konsep asal tersebut kita dapat menarik suatu pembelajaran penting dalam kehidupan sekaitan dengan makna idul adha yaitu semangat kurban dalam keberagaman.
Bahwa kecintaan dan pengorbanan antara mian banggai dan pau lipu bukan diukur dari kodratnya sebagai pribumi atau nasibnya sebagai pendatang tetapi lebih jauh hakikatnya adalah seberapa besar rasa cinta dan rasa memilikinya pada banggai kepulauan.
Semangat pengorbanan yang pau lipu ataukah mian banggai lakukan untuk mengabdi dan memberikan persembahan terbaik bagi Banggai kepulauan, apalah artinya jika ternyata pau lipu tetapi memiliki moral yang tidak baik malah menjadi topeng sebagai orang pribumi asli tetapi malah menjadi perusak dinegeri sendiri. Begitupun orang pendatang yang dengan tulus ikhlas mengabdi bagi negeri dan daerah.
Pernyataan yang melegenda dari seorang atlet bulutangkis indonesia berdarah tionghoa yang pernah meraih gelar juara All England liem swie king yang berkatnya lagu indonesia raya di kumandangkan di negeri Inggris, mengharumkan nama indonesia pernah berkata "namaku cina tetapi darah dan jiwaku indonesia" menjadi suatu kalimat motivasi berharga betapa pentingnya semangat pengorbanan tersebut menguak belenggu etnis dan asal serta menggelorakan rasa memiliki dan pengabdian pada negeri yang didiami.
"Pada akhirnya saya yang berupaya asli secara hakikat menyampaikan
selamat berhari raya idul adha, semoga dengan semangat kurban semakin mempererat ukhuwah kita sebagai manusia dan berupaya memberikan pengorbanan yang terbaik bagi Banggai Kepulauan*
Salam *pau lipu* dan mian banggai🌾 Kinatauan", tutupnya. (Victor Reppy)
Sumber : Harry Saputra Nursin
0Komentar