Sulteng, mitrapers.onenews.co.id,- Kejadian ini diawali saat awak media Berantastipikor.co.id berkunjung ke Polda Sulteng untuk melakukan konfirmasi terkait tindak lanjut penangkapan BBM jenis solar oleh Polda Sulteng beberapah bulan Maret 2023 lalu, tepatnya di Wilayah Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Diketahui bahwa kedatangan tim media Berantastipikornews.co.id dengan maksud untuk mengkonfirmasi kelanjutan kasus penangkapan BBM oleh anggota Polisi tersebut kepada Ditreskrimsus Polda Sulteng. Tak tanggung-tanggung, dari info sumber terpercaya, BBM tangkapan tersebut sebanyak 10 tom dan 52 Jerigen. Namun entah apa gerangan, BBM hasil tangkapan beserta kasusnya seakan tak berbekas.

"Kami datang langsung ke Bidhumas Polda Sulteng untuk menyampaikan maksud dan tujuan kami mau ketemu Ditreskrimsus Polda Sulteng dan saat itu beliau memerintahkan salah satu anggota untuk mengantarkan kami ke Min yang ada dilantai dua yang katanya harus antrian", Kata Pimred dilansir dari media Berantastipikor.co.id terbitan 17/5/2023.

Lanjut Pimred, kurang lebih satu jam kami menunggu, datanglah beberapah orang tamu dengan maksud dan tujuan yang sama mau ketemu Ditreskrimsus Polda Sulteng.

Oleh Pimred dikatakan saat itu dirinya merasa ada keanehan, karena mereka yang terlebih dahulu tiba, tidak di panggil namun orang yang baru tiba yang lebih dulu di panggil masuk keruang Ditreskrimsus.

Tambahnya lagi, sementara sudah dikatakan oleh petugas piket pada saat berbincang-bincang di ruang tunggu, harus antrian.

"Harus antrian ya pak", katanya menirukan ucapan petugas piket.

Dari sini, oleh Tim awak media Berantastipikor merasa kalau petugas saat itu tidak konsisten dengan ucapannya, buktinya kalimat Antrian yang dilontarkan tidak berlaku.

"Ada pilih kasih, kami merasa dianak tirikan oleh Ditreskrimsus Polda Sulteng, sehingga saat itu sempat terjadi cekcok adu mulut antara anggota yang ada ditempat kejadian dengan Pimpred Media Berantastipikornews.co.id, karena Pimred merasa sudah tidak di berlakukan secara adil saat di ruang tunggu Ditreskrimsus,” ucapnya.

Bahkan menurut dia, mereka sempat di tuduh merekam, tak hanya itu, mereka dibentak oleh salah satu oknum Polisi yang ada ditempat kejadian dengan menyebutkan alamat asalnya. 

"Saya ini orang Luwuk juga", terangnya menirukan ucapan petugas di ruang piket dengan nada keras.

Lanjutnya lagi, sembari mengeluhka perlakuan petugas piket Ditreskrimsus Polda Sulteng.

"Anehnya, kenapa kami awak media sudah di anak tirikan di intimidasi lagi dengan nada keras, ada apa sebenarnya ?? kayaknya ada tendensi yang tinggi dengan kami selaku wartawan,” imbuh Kordinator Investigasi Media Berantastipikornews.co.id.

Atas kejadian tersebut, awak media berharap kepada Kapolda Sulteng untuk melakukan evaluasi terkait pelayanan yang ada di Polda Sulteng agar perlu melakukan penyegaran atau pembinaan kepada oknum anggota yang tidak menjalankan himbauan Kapolri tentang penerapan Polri Presisi.

"Di luar tupoksi saya sebagai insan pers, saya juga masyarakat kecil yang harus diperlakukan secara baik dan adil, karena perlu di ingat, setingi-tingginya pangkat jabatan yang dimiliki bapak-bapak yang terhormat, tetap statusnya Abdi Negara yang bertugas mengayomi dan melayani masyarakat dan sekecil-kecilnya rakyat kecil tetapi kami tetap pemilik kedaulatan di Negara Republik Indonesia (NKRI) ini yang patut dilayani sebagaimana semboyan Pelayan Masyarakat”, tutur Kordinator Investigasi.

Melalui media ini, Tim Awak media Berantastipikor meminta pihak Kapolda Sulteng dan Petinggi Polri agar melakukan evaluasi terhadap kinerja oknum aparat penegak hukum di Polda Sulteng atas ketidak profesionalan mereka melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum termasuk sikap arogansinya kepada masyarakat khususnya awak media yang kedatangannya bukan untuk meminta-minta tapi untuk mendukung kepolisian dalam memberantas kejahatan.

Kami datang meminta kejelasan informasinya terkait penanganan kasus penangkapan BBM di Bunta yang barang buktinya sudah tidak kelihatan lagi bahkan kasusnyapun tak kunjung ada proses hukum yang jelas.

"Kasus mafia BBM dan Kejahatan lainnya, bukan tak bisa di putus tapi kinerja aparatur penegak hukum kita yang perlu ditingkatkan, bila perlu bagi yang tidak becus bekerja di rumahkan saja", tutupnya. (**)